Yang Lebih Menakutkan dari Kuburan di Jumat Kliwon
Semakin dalam menyusuri dunia maya, Firman Mutado bergidik ngeri. Ternyata dunia maya jauh lebih mengerikan dari kuburan di alam nyata pada Jumat Kliwon. Di alam nyata, Firman Murtado pernah jumpa fans dengan mulai pocong hingga genderuwo, namun energi negatifnya tak seberapa mengerikan dibandingkan memedi di dunia maya.
Coba bayangkan, di dunia ghaib alias dunia maya itu, kebohongan sudah ibarat sego jangan bagi setiap orang. Jin ifrit pun, andai bisa berpartisipasi secara langsung dan memiliki akun media sosial, akan memposting pledoi mereka. Kebenaran dan ketidakbenaran kabur, sulit terdeteksi di alam itu.
Firman Murtado ribuan kali membaca perdebatan, saling hujat, adu “mulut” hingga memutar balikkan fakta di dunia lelembut ini. Setiap orang, memposting statemen yang mewakili ideologi, pemikiran serta kecenderungannya. Bebas, tanpa pantauan siapa pun. Dan akhir-akhir ini, ia hampir gila oleh ceramah-ceramah, tutorial, meme, artikel atau apa saja bernuansa agama. “Oh, alangkah religiusnya bangsa ini,” entah kata siapa.
Setidaknya ada beberapa “kubu” aliran teologi yang sering berkelahi di dunia dedemit sana. Tapi yang paling agresif, adalah mereka dari kubu –kata orang—radikal. Coba bayangkan, kata-kata kurang pantas tak segan mereka lontarkan kepada saudara sendiri. Mirisnya, ayat-ayat atau hadits dicantumkan juga seakan berkata kotor terhadap sesama saudara diperintahkan oleh Allah dan Rasulullah. Tak sekali dua kali, namun hampir setiap postingan begitu.
Kubu radikal, entah bagaimana menganggap dirinya sebagai hakim agung di dunia maya. Kaum hedonis, pemelihara kearifan nenek moyang, kaum nasionalis, orang awam, kaum santri yang tidak neko-neko dalam beragama, mereka ganyang layaknya pesakitan ideologi dan teologi. Seakan kelak surga sepi karena hanya kaum radikal itu penghuninya.
Firman Murtado sempat goyang dan berpikir, demikiankah dulu Nabi memperlakukan orang lain? Setahu Firman Murtado dari guru ngajinya di surau dulu, Rasulullah sangat santun bahkan memperlakukan orang yang “tak sepaham” dengan beliau. Rasulullah hanya akan bereaksi jika wahyu yang memerintahkan beliau bertindak. Bukan berdasarkan ego apalagi sekedar dugaan. Setahu Firman Murtado, tutur kata Rasulullah sangat lembut bahkan terhadap orang yang mengancam keselamatan jiwa beliau. Kata-kata kurang pantas, apalagi laknat dan kutukan, tak pernah sehuruf pun keluar dari lisan beliau yang suci. Setidaknya demikian kata guru ngajinya di surau, kala itu.
Benar kata Gus Dur, bahwa “Agama mengajarkan pesan-pesan damai dan ekstrimis memutarbalikkannya.”
Maka, kaum radikal yang konon mendapat dana dari sponsor untuk membeli gadget, paket data internet bahkan mendapat pelatihan khusus menjadi buzzer, hacker dan crakcker, mendominasi dunia maya layaknya wabah. Kapan pun Firman Murtado bertualang di dunia maya, ia akan mendengar, membaca dan melihat mereka menyerang siapa pun dengan membabi buta. Tak terkecuali Firman Murtado yang hanya ingin bermain-main, melupakan himpitan hidup di sana.
Penulis: Abdul Rozaq, Santri dan Alumnus PMII
Editor: Makhfud Syawaludin
Eksplorasi konten lain dari PCNU Kab. Pasuruan
Mulai berlangganan untuk menerima artikel terbaru di email Anda.