Kisah Hebat Imam Bukhari Lepas dari Fitnah ‘Seribu Dinar’

3

“Sebelum menyimak kisah ini, ada baiknya kita hitung dulu berapa banyak 1000 dinar itu. Kalau 1 dinar setara dengan 4,25 gram emas murni, maka, 1000 dinar berarti 4.250 gram atau 4.25 kg. Jika 1 gram emas murni seharga Rp500.000, maka, seribu dinar senilai Rp2,125 miliar. Angka yang tidak kecil.”

Oleh: Aboe Khidir

SEKARANG, mari kita baca! Kisah ini disebutkan oleh al-Imam Abdus Salam al-Mubarakfury dalam kitab Shirah al-Imam Al-Bukhari: ‘Apa yang Imam BUKHARI lakukan saat fitnah melandanya dirinya?

Follow Channel WhatsApp NU Pasuruan untuk mendapatkan update terbaru seputar NU di Kabupaten Pasuruan.

Klik Disini dan Follow.

Bahwasanya Imam Bukhari pernah sekali mengarungi lautan di masa beliau masih menuntut ilmu. Pada waktu itu beliau membawa uang 1000 dinar (Rp 2,125 miliar) dan ini merupakan harta yang sangat banyak.

Kemudian datanglah kepada beliau salah seorang dari awak kapal. Lelaki tersebut menampakkan kecintaan dan kesukaan kepada sang Imam. Dia selalu berusaha mendekat dan, duduk dengan beliau. Ketika Imam Bukhari melihat kecintaan dan kesetiaan lelaki tersebut dan saking akrabnya, sampai-sampai beliau memberitahukan kepada lelaki itu tentang 1000 dinar yang beliau bawa di atas kapal.

Kemudian, pada suatu hari, lelaki tersebut bangun dari tidurnya dan tiba-tiba menangis, merobek-robek bajunya seraya memukul-mukul wajah dan kepalanya. Seluruh orang (penumpang) di atas kapal menjadi heran menyaksikan keadaan lelaki tersebut, tidak sedikit yang bingung dan terheran-heran. Ada apa? Di antara mereka kemudian mendatanginya dan menanyakan sebab musababnya, mengapa sampai begitu?

Baca Juga :   Pentingnya Memilih Teman yang Baik

Lelaki tersebut akhirnya berkata, “Aku memiliki kantong yang berisi 1000 dinar akan tetapi kantong itu (tiba-tiba) lenyap dariku.”

Akhirnya semua orang sepakat mengadakan pemeriksaan satu persatu pada seluruh penumpang kapal. Lalu apa yang dilakukan Imam Bukhari? Di saat seperti itu, Imam Bukhari mengeluarkan kantong dinarnya, dan secara sembunyi-sembunyi beliau langsung melemparkannya ke laut.

Dan, benar, pemeriksaan terus berlangsung, sampailah ke beliau dan sampai usai. Walhasil pemeriksaan yang dilakukan secara ketat itu, tidak menjumpai apapun. Maka para pemeriksa kembali ke lelaki tersebut dan mencelanya habis-habisan.

Nah! Ketika orang-orang turun dari kapal, lelaki tersebut kembali mendatangi Imam Bukhari dan berkata: “Tuan! Apa yang engkau lakukan dengan kantong dinarmu?”

Imam Bukhari menjawab dengan datar: “Aku melemparkannya ke laut.”

Mendengar jawaban ini, lelaki tadi tertegun dan berkata, “Bagaimana engkau bisa bersabar atas hilangnya harta yang banyak darimu?”

Imam Bukhari kemudian menjawab: “Wahai orang bodoh, sesungguhnya aku telah menghabiskan seluruh umur dan hidupku untuk mengumpulkan hadits-hadits Rasulullah saw, dan seluruh dunia telah mengetahui ketsiqqohanku (kredibilitasku dalam meriwayatkan hadits), maka, bagaimana mungkin aku menjadikan diriku menjadi bahan tuduhan sebagai seorang pencuri?,” jawabnya.

Baca Juga :   Adzan Bukan Hanya untuk Panggilan Shalat

Sebuah pelajaran penting. Beliau melakukan itu bukan demi nama baik, bukan pula demi harga diri, akan tetapi demi menjaga keotentikan agama, karena beliau adalah lambang dari hadits Nabi saw. Bisa dibayangkan, jika sampai beliau tertuduh sebagai pencuri, hilanglah nilai validitas hadits yang beliau kumpulkan. Demikian sikap wara para ulama, dunia tidak ada artinya bagi mereka dibandingkan ilmu hadits. Masya-Allah. Semoga kisah ini mampu memberikan inspirasi berarti bagi kita, amin. (*)


Eksplorasi konten lain dari PCNU Kab. Pasuruan

Mulai berlangganan untuk menerima artikel terbaru di email Anda.

3 thoughts on “Kisah Hebat Imam Bukhari Lepas dari Fitnah ‘Seribu Dinar’

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Copyright © 2024 | CoverNews by AF themes.

Eksplorasi konten lain dari PCNU Kab. Pasuruan

Langganan sekarang agar bisa terus membaca dan mendapatkan akses ke semua arsip.

Lanjutkan membaca